Belajar Lontara' Baru
Mudah dibaca, tanpa mengubah bentuk asli.
Tuesday, May 1, 2018
4. Bentuk-bentuk Homograf Lontara' Lama
4. Bentuk-bentuk Homograf Lontara' Lama
Didalam Lontara' Tradisional dalam bahasa Makassar contohnya, terdapat kata yang homograf tetapi tidak homonim : contoh kata yaitu "ᨅᨒ" "ba-la", yang dapat dilafalkan Bala, Balang, Balla', Ballang, Balla. Di aksara Lontara' baru, bentuknya sudah tidak menjadi Homograf lagi.Contoh lainnya yaitu "ᨄᨙᨄᨙ" "pe-pe"
Monday, April 30, 2018
2. Mengenal aksara Lontara' Baru
2. Mengenal aksara Lontara' Baru
Lontara' baru diciptakan untuk memudahkan para pembaca awam untuk membaca aksara lontara' dengan mudah, dengan bantuan "tambahan diakritik", tidak akan lagi mengalami kesalahan dalam membaca, dan sangat membantu untuk memahami teks-teks dalam bahasa Bugis-Makassar. Bentuk-bentuk diakritik tambahan yang dibuat pun simetris dengan aksara Lontara asli, dan bersesuaian dengan bentuk Sulappa' Eppa' sebagai dasar pola-pola aksara Lontara'.
Didalam Lontara' baru, tak ada penambahan jumlah huruf pokok, dan vokal. Berikut adalah bentuk bentuk aksara Lontara' baru:
Bunyi Konsonan |
Tidak ada perbedaan dengan aksara Lontara' asli. *hijau : tidak digunakan di dalam Lontara' berbahasa Makassar |
Bunyi Vokal
Tidak ada perbedaan dengan aksara Lontara' asli. *biru : tidak ada bunyi ə pepet dalam bahasa makassar |
Bentuk Aksara Rekan
Digunakan dalam nama berbahasa arab atau kata serapan bahasa asing |
Bentuk gemitasi rekan. |
Lihat perbedaannya !
1. Apa itu Tulisan Lontara?
1. Apa itu Lontara' ?
Menurut wikipedia :Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Bentuk aksara lontara menurut budayawan Prof Mattulada (alm) berasal dari "sulapa eppa wala suji". Wala suji berasal dari kata wala yang artinya pemisah/pagar/penjaga dan suji yang berarti putri. Wala Suji adalah sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta, api-air-angin-tanah. Huruf lontara ini pada umumnya dipakai untuk menulis tata aturan pemerintahan dan kemasyarakatan. Naskah ditulis pada daun lontar menggunakan lidi atau kalam yang terbuat dari ijuk kasar (kira-kira sebesar lidi).
Tulisan Lontara' Tradisional |
Lontara adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari 23 konsonan. Seperti aksara Brahmi lainnya, setiap konsonan mempunyai vokal inheren /a/, dapat dibaca /ɔ/ dalam bahasa Bugis (artikulasi vokal inheren yang sama dapat ditemukan dalam aksara Jawa), yang diubah dengan pemberian diakritik tertentu menjadi vokal /i/, /u/, /e/, /ə/, atau /o/. Namun dari itu, Lontara tidak memiliki sebuah tanda virama (tanda pemati vokal) atau tanda konsonan akhir. Bunyi nasal /ŋ/, glotal /ʔ/, dan gemitasi konsonan dalam bahasa Bugis tidak ditulis. Karena itu, teks Lontara dapat menjadi sangat rancu bagi yang tidak terbiasa. Semisal ᨔᨑ dapat dibaca sara 'kesedihan', sara' 'menguasai', atau sarang 'sarang'.
Dari kerancuan tersebut, maka dibutuhkan sebuah tanda / tambahan diakritik untuk membedakan bunyi akhiran nasal, glotal, dan gemitasi tanpa mengubah bentuk asli dari Lontara'nya. Selain itu, didalam Lontara' baru, ada tambahan "tanda" untuk membedakan "sa dan sya, pa dan fa" untuk serapan bahasa diluar Bugis dan Makassar. Tujuannya adalah untuk memudahkan orang-orang untuk belajar membaca Lontara', dan mudah untuk belajar bahasa Bugis atau Makassar melalui tulisan Lontara'.
Untuk mengetahui bentuk aksara Lontara' baru, Klik disini!